Kamis, 27 Maret 2008

Belajar dari Johny Andrean



Johnny Andrean: Bermimpi Majukan Dunia Kecantikan Indonesia



Awalnya hanya salon kecantikan kecil. Letaknya pun hanya di garasi rumah keluarga orangtua, di sebuah kawasan padat penduduk di Pademangan, Jakarta Utara, pada 1978. Tak terbayangkan, saat ini Johnny Andrean (47) telah memiliki jaringan 160 salon kecantikan di seluruh Indonesia. Itu pun masih ditambah lagi dengan 40 cabang sekolah pelatihan Johnny Andrean School & Training, yang telah mendidik ribuan tenaga ahli kecantikan dari dalam dan luar negeri.

Ya, itulah buah manis perjalanan karier Johnny Andrean selama 30 tahun bergelut di bidang tata rias rambut dan wajah. "Sejak dulu saya memang mempunyai mimpi memajukan dunia kecantikan di Indonesia," tutur Johnny kepada SP di Jakarta, beberapa saat lalu.

Namun, perjalanan untuk mencapai kesuksesan seperti sekarang sungguh tidaklah mudah. Johnny mengenang, saat pertama kali membuka salon kecantikan pada 1978, hanya dengan peralatan seadanya. Hanya ada dua buah cermin, meja, dan kursi milik keluarga orangtuanya yang dipindahkan ke ruang salon buatannya. Untuk keperluan keramas pelanggannya, ia menyiapkan ember plastik berbentuk kotak yang disambungkan dengan selang air ke kamar mandi.

"Keramasnya masih pakai gayung dan ember seadanya. Bahkan pernah, karena selangnya macet, saya terpaksa mengambil air pakai ember ke kamar mandi, lalu menggotong ember berisi air ke ruang salon," Johnny menceritakan sambil tersenyum.

Ia baru memasang keran air di ruang salon kecantikannya setelah pelanggannya bertambah. Pelan-pelan, salonnya berkembang, dan tabungannya pun bertambah. Maka akhirnya ia memperluas ruangan salon kecantikan. "Seluruh ruangan bawah di rumah akhirnya saya jadikan salon. Sementara untuk menambah kenyamanan pelanggan, saya tambahkan pendingin ruangan dan televisi di salon," ujarnya lagi.

Johnny mengakui, sejak kecil ia memang suka melihat ibunya yang bekerja sebagai hairdresser. Belakangan, Johnny mencoba sendiri meniru sang ibu memotong dan mendandani rambut. "Yang jadi korban adik-adik saya," ujar Johnny, sambil mengemukakan adik-adiknya harus merelakan rambut mereka dipotong dan dibentuk oleh Johnny. Belakangan, beberapa adiknya mengikuti jejaknya menjadi penata rias rambut dan wajah.

Membuka Sekolah

Untuk memperdalam keahliannya dalam bidang tata rias rambut dan wajah, Johnny kemudian pergi ke London, Inggris, dan Paris, Prancis, untuk semakin mengembangkan kemahirannya. London dan Paris sampai saat ini pun masih tercatat sebagai "sumber" tren tata rias rambut dan wajah internasional.

Di London, ia belajar di Alan International, Jingles School, dan yang merupakan catatan tersendiri adalah saat ia belajar di maestro tata rias rambut Vidal Sassoon Academy London. Ia belajar selama setahun di London, pada 1981. Setahun kemudian, ia pindah ke Paris dan belajar di salah satu penata rambut terkemuka di sana, Alexander de Paris.

Tak puas sampai di situ. Ia kembali ke London pada 1983, dan belajar lagi di Tony & Guy Academy. Salon Tony & Guy kini juga telah ada di sejumlah pusat perbelanjaan "papan atas" di Jakarta, dan tercatat sebagai salon kecantikan terkemuka di banyak negara.

Kembali ke Jakarta, Johnny terus berkiprah mengembangkan salon kecantikannya. Hasilnya, ia berhasil meraih penghargaan sebagai penata rambut terbaik dalam menggunting rambut di Asia Tenggara, The Best Hair Cutting in ASEAN, pada 1983.

Pelan-pelan, jumlah salon kecantikannya bertambah. Di tengah kesibukan mengembangkan salon, Johnny yang mengaku memang selalu "haus belajar", sempat kembali ke London dan memperdalam ilmu kecantikan di Trevor Sorbie Academy pada 1987.

Setelah berhasil mengembangkan salon kecantikannya, belakangan Johnny Andrean mulai melirik untuk membuka sekolah dan pelatihan kecantikan tata rias rambut dan wajah. "Bagi saya, keahlian yang telah saya miliki, bukan untuk saya sendiri. Saya ingin sekali memajukan dunia kecantikan di Indonesia, jadi saya juga ingin agar semakin banyak tenaga terampil sebagai penata rias rambut dan wajah," ujarnya.

Maka, ia mulai mencoba membuka sekolah kecantikan. Dulu, sekolah-sekolah kecantikan umumnya mencari tamu yang akan dimanfaatkan oleh para siswa untuk dipotong rambutnya, dengan cara memberikan layanan gratis. Johnny mengubah cara itu.

"Bagi saya, sekolah seperti itu harus dibuat seperti salon kecantikan yang sebenarnya. Orang yang datang dan ingin dipotong atau dikeramas dan ditata rambutnya, harus membayar seperti layaknya di salon kecantikan. Boleh lebih murah, nggak apa, tapi yang penting harus bayar, agar suasana salon kecantikan sebenarnya terasa bagi para siswa," tuturnya.

Awalnya, ide itu ditertawakan. "Mana ada orang yang mau bayar untuk jadi 'kelinci percobaan', dipotong rambutnya oleh siswa yang baru belajar?" tutur orang-orang yang menertawakannya.

Namun, Johnny tetap pada pendiriannya. Ia juga menggunakan produk-produk yang baik dan harga murah, serta diawasi oleh instruktur berpengalaman, sehingga tamu mau datang dan ingin dipotong serta ditata rambutnya di sekolah kecantikan milik Johnny Andrean. Hasilnya, kon- sumen antre untuk dipotong di sekolah-sekolah kecantikan yang kini diberi nama Johnny Andrean School & Training.

Kolaborasi

Johnny semakin sukses dalam usahanya di bidang tata rias rambut dan wajah. Apalagi setelah ia menikah dengan Tina Andrean (46), yang kini terkenal sebagai perancang gaun pengantin. Kolaborasi antara Johnny yang ahli menata rambut dan rias wajah dan Tina yang terampil merancang gaun pengantin, menjadikan nama keduanya semakin "berkibar" di kalangan calon pengantin di Indonesia. Pasangan itu dikaruniai empat anak, Yonna (23), Kamaputra (20), Kezia (18), dan Jessica (12).

Di tengah upaya untuk terus mengembangkan dunia kecantikan di Indonesia, ia menerbitkan dua buku Gaya Rambut Lurus pada 2004, dan Gaya Rambut Keriting pada 2005. "Saya berusaha memperluas wawasan masyarakat tentang beragam gaya rambut lewat buku yang dilengkapi foto-foto dan tip serta trik menata gayanya," ujarnya, tentang buku-buku itu.

Kini, di luar kegiatannya dalam bidang tata rias rambut dan wajah, sejak beberapa tahun lalu, ia juga memperluas bisnisnya dalam bidang kuliner. Tercatat nama gerai butik roti BreadTalk, yang asal Singapura, serta gerai donat dan kopi J.Co Donuts & Coffee, yang merupakan inovasinya sendiri, kini "berkibar" di mana-mana.

Jadi, mana yang dipilih? "Saya memulai dari bidang kecantikan, jadi walaupun kini bergerak di banyak bidang, dunia kecantikan, khususnya tata rambut dan rias wajah, tak akan saya tinggalkan sampai kapan pun," ia menegaskan.

Setelah 30 tahun berkarier di dunia kecantikan, ia masih ingin terus berkarier seumur hidupnya.

sumber: Suara Pembaruan

Tidak ada komentar: